Keruntuhan Pusat Perbelanjaan Sampoong
![]() Pusat perbelanjaan Sampoong setelah runtuh | |
Tanggal | 29 Juni 1995 |
---|---|
Waktu | 17:52 WSK |
Lokasi | Seoul, Korea Selatan |
Penyebab | Kelebihan muatan struktural, kegagalan geser |
Tewas | 502 |
Cedera | 1,445 |
Tersangka | Lee Joon Lee Han-Sang |
Tuntutan | Kelalaian, keserakahan |
Putusan | Bersalah |
Hukuman |
|

Keruntuhan Pusat Perbelanjaan Sampoong (Hangul: 삼풍백화점 붕괴 사고; Hanja: 三豐百貨店 崩壞 事故) adalah sebuah kegagalan struktur yang terjadi pada 29 Juni 1995 di Distrik Seocho, Seoul, Korea Selatan. Peristiwa ini merupakan bencana terbesar dalam sejarah Korea Selatan dalam jumlah korban jiwa, menewaskan setidaknya 502 orang dan melukai 937 lainnya. Bencana ini menjadi keruntuhan bangunan di zaman modern paling mematikan hingga runtuhnya World Trade Center di Kota New York pada Serangan 11 September 2001, dan keruntuhan bangunan tidak disengaja yang paling mematikan ketika sebuah pabrik garmen di dekat Dhaka, Bangladesh, runtuh pada 24 April 2013.[1][2]

Pembangunan pusat perbelanjaan tersebut dimulai pada tahun 1987 dan selesai pada tahun 1990. Perusahaan yang awalnya mengontrak untuk membangun struktur tersebut mengundurkan diri setelah ketua divisi konstruksi Grup Sampoong, Lee Joon, meminta perubahan pada kolom penyangga beton yang menimbulkan masalah struktural. Lee Joon akhirnya menggunakan perusahaannya sendiri untuk menyelesaikan konstruksi. Penyelidik menyalahkan keruntuhan tersebut terutama pada spesifikasi kolom yang tidak tepat untuk desain bangunan pelat datar.

Pada tanggal 27 Desember 1995, Lee Joon dinyatakan bersalah atas kelalaian pidana dan dijatuhi hukuman 10 tahun 6 bulan penjara. Hukumannya kemudian dikurangi menjadi 7 tahun 6 bulan di tingkat banding. Putranya, Lee Han-sang, dihukum karena korupsi dan pembunuhan tidak disengaja dan dijatuhi hukuman 7 tahun penjara. Selain itu, dua perencana kota dari Distrik Seocho Seoul dihukum karena menerima suap
Latar belakang
[sunting | sunting sumber]Menjelang penyelengaraan Olimpiade Musim Panas 1988 yang diadakan di Seoul, kawasan metropolitan Seoul mengalami ledakan pembangunan yang masif. Berhubung karena adanya larangan terhadap kontraktor konstruksi asing untuk menandatangani kontrak proyek di Seoul pada waktu itu, hampir semua bangunan didirikan oleh perusahaan lokal, yang biasanya membangun gedung atau struktur dengan cepat karena banyaknya proyek yang ditugaskan kepada mereka.[3]
Grup Sampoong memulai pembangunan Pusat Perbelanjaan Sampoong pada tahun 1987 di atas sebidang tanah yang sebelumnya digunakan sebagai tempat pembuangan akhir. Rencana gedung awalnya ditujukan sebagai gedung apartemen hunian dengan empat lantai, yang akan dibangun oleh perusahaan Konstruksi Woosung.[3] Namun, selama konstruksi, cetak biru-nya diubah oleh Lee Joon, kelak menjadi ketua divisi konstruksi Grup Sampoong, untuk mengubahnya menjadi pusat perbelanjaan yang besar. Ini melibatkan pemotongan sejumlah kolom pendukung untuk memasang eskalator, dan penambahan lantai lima.[3][4][5]
Setelah Woosung menolak untuk melakukan perubahan, Lee mengabaikan peringatan dari mereka dan pada akhirnya memecat mereka, kemudian menggunakan perusahaannya sendiri untuk menyelesaikan pembangunan gedung.[3][5] Gedung tersebut selesai dibangun pada akhir tahun 1989, dan dibuka untuk umum pada 7 Juli 1990, dikunjungi sekitar 40.000 orang per hari selama lima tahun berdirinya gedung tersebut. Gedung tersebut terdiri dari sayap utara dan selatan yang dihubungkan oleh atrium.[5]
Bangunan yang baru selesai dibangun tersebut adalah struktur pelat datar tanpa balok silang atau kerangka baja, yang secara efektif bermakna bahwa tidak ada cara untuk memindahkan beban melintasi lantai. Untuk memaksimalkan luas lantai, Lee Joon memerintahkan kolom lantai dikurangi menjadi setebal 60 cm, alih-alih minimal 80 cm dalam cetak biru asli yang diperlukan agar gedung dapat berdiri dengan aman, dan kolom diberi jarak 11 meter terpisah untuk memaksimalkan ruang ritel, keputusan yang bermakna bahwa ada lebih banyak beban pada setiap kolom daripada jika kolom dibuat lebih dekat satu sama lain.
Lantai lima awalnya direncanakan untuk menampung arena sepatu roda, yang ditambahkan kemudian untuk mematuhi peraturan zonasi yang mencegah seluruh bangunan digunakan sebagai pusat perbelanjaan.[3][5] Namun, Lee Joon mengubah rencana lantai lima dengan mendirikan delapan restoran sebagai gantinya.[3] Perusahaan konstruksi yang ditugaskan untuk menyelesaikan ekstensi lantai ini memperingati bahwa struktur tersebut tidak akan menopang lantai lain, tetapi langsung dipecat, dan perusahaan lain disewa untuk menyelesaikan proyek tersebut. Lantai restoran memiliki dasar beton yang dipanaskan yang disebut ondol, yang memiliki pipa air panas yang melewatinya; keberadaan ondol setebal 1,2 meter sangat meningkatkan berat dan ketebalan pelat.[3]
Selain itu, tiga unit pendingin ruangan seberat 15 ton juga diletakkan di atap, menimbulkan beban seberat 50 ton, empat kali lipat dari batas desain. Pada tahun 1993, unit pendingin ruangan dipindahkan melintasi atap yang rapuh, mengakibatkan keretakkan.[5] Pendingin ruangan dipindahkan ke kolom 5E, di mana retakan paling terlihat di lantai tingkat kelima dapat dilihat sebelum keruntuhan. Retakan pada kolom semakin parah karena kolom yang menopang lantai lima tidak sejajar dengan kolom yang menopang lantai bawah sehingga menyebabkan beban lantai lima dipindahkan melalui pelat.[3]
Keruntuhan
[sunting | sunting sumber]

Pada April 1995, retakan mulai muncul di langit-langit lantai lima sayap selatan, namun satu-satunya tanggapan Lee dan staf manajemennya adalah memindahkan barang dagangan dan toko dari lantai paling atas ke ruang bawah tanah. Pada pagi hari tanggal 29 Juni, jumlah retakan di area tersebut meningkat drastis, mendorong para manajer untuk menutup sebagian lantai lima. Manajemen pusat perbelanjaan gagal menutup gedung atau mengeluarkan perintah evakuasi resmi,[3] karena jumlah pengunjung pada hari itu luar biasa tinggi, dan mereka tidak ingin kehilangan pendapatan hari itu. Namun, para eksekutif pusat perbelanjaan itu sendiri meninggalkan tempat itu sebagai tindakan pencegahan.
Ketika ahli teknik sipil diundang untuk memeriksa struktur, pemeriksaan sepintas mengungkapkan bahwa bangunan itu berisiko runtuh; serial dokumenter National Geographic Seconds From Disaster menunjukkan bahwa manajer fasilitas sedang memeriksa pelat di salah satu restoran di lantai lima hanya beberapa jam sebelum keruntuhan, ketika, tanpa dia, getaran dari AC memancar melalui celah-celah di kolom beton, dan lantai pun membuka.
Lima jam sebelum keruntuhan, ledakan keras pertama terdengar dari lantai atas, karena getaran pendingin ruangan menyebabkan retakan di pelat semakin melebar. Di tengah keluhan pengunjung tentang getaran, pendingin ruangan dimatikan, tetapi retakan di lantai sudah melebar hingga 10 cm. Sekitar saat itu, disadari bahwa runtuhnya gedung tidak dapat dihindari, dan rapat darurat diadakan. Para direktur menyarankan kepada Lee agar seluruh pengunjung harus dievakuasi, tetapi Lee dengan marah menolaknya karena takut kehilangan pendapatan. Namun, Lee sendiri meninggalkan gedung sebelum keruntuhan terjadi.[6] Dia bahkan tidak memberi tahu menantu perempuannya sendiri, yang merupakan salah satu karyawati di gedung itu, tentang bahaya yang akan segera terjadi. Dia terjebak di reruntuhan dan baru bisa diselamatkan beberapa hari kemudian.
Sekitar pukul 17.00 waktu setempat, ketika langit-langit lantai lima mulai jatuh, pekerja gedung menutup semua akses ke lantai lima. Menurut Seconds From Disaster, gedung itu dipadati ratusan pembeli 57 menit sebelum ambruk, tetapi Lee enggan menutup toko atau melakukan perbaikan selama waktu itu. Ketika gedung mulai mengeluarkan suara retak sekitar pukul 17.52, para pekerja mulai membunyikan alarm dan mengevakuasi gedung, tetapi semuanya sudah terlambat: atap ambruk, dan unit pendingin ruangan menghantam lantai lima yang sudah kelebihan muatan.
Kolom utama, melemah untuk memungkinkan insersi eskalator, runtuh pada gilirannya, dan sayap selatan gedung tersebut nyungsep ke ruang bawah tanah. Dalam waktu kurang dari dua puluh detik, seluruh tiang di sayap selatan gedung runtuh, menewaskan 502 orang dan menjebak lebih dari 1.500 orang di dalamnya. Bencana ini mengakibatkan kerusakan properti senilai ₩270 miliar.

Korban
[sunting | sunting sumber]Bencana tersebut menewaskan setidaknya 502 orang dan melukai sekitar 937 orang. Sekitar 1.500 orang terjebak di dalam bangunan tersebut. Upaya penyelamatan berlangsung selama beberapa hari dan berujung pada penyelamatan beberapa orang yang selamat, termasuk dua orang yang berhasil ditarik dari reruntuhan setelah seminggu.
Kebangsaan | Tewas |
---|---|
Australia | 2 |
Brasil | 1 |
Prancis | 1 |
Kanada | 3 |
Tiongkok | 1 |
Jepang | 1 |
Afrika Selatan | 3 |
Korea Selatan | 489 |
Thailand | 1 |
Amerika Serikat | 1 |
Momen peringatan
[sunting | sunting sumber]Sisa-sisa toko dihancurkan segera setelah keruntuhan dan operasi pemulihan; situs tersebut tetap kosong hingga tahun 2000. Keluarga para korban meminta agar sebuah tugu peringatan dibangun di situs tersebut, tetapi hal ini ditentang oleh pemerintah Distrik Seochu, sehingga memaksa Pemerintah Metropolitan Seoul untuk menengahi perselisihan tersebut. Dalam sebuah langkah yang kontroversial, tugu peringatan tersebut dibangun di tempat lain dan tanahnya dijual kepada pengembang swasta. Lokasi keruntuhan sekarang menjadi kompleks apartemen mewah, Acro Vista Apartemen, yang pembangunannya dimulai pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2004. Presiden Korea yang diskors, Yoon Suk-yeol, adalah penghuni apartemen ini sampai pindah ke Kediaman Presiden 6 bulan setelah menjabat.
Kenangan
[sunting | sunting sumber]Hutan Warga Yangjae memiliki patung yang dibuat untuk mengenang keruntuhan tersebut. Tugu peringatan marmer setinggi dua belas meter ini dirancang oleh profesor dan pematung Universitas Wanita Ewha, Kim Bong-gu, dan didanai oleh Grup Sampoong sebagai kompensasi kepada para korban.
Budaya populer
[sunting | sunting sumber]Dokumenter
[sunting | sunting sumber]- Blueprint for Disaster – "The Sampoong Collapse" (2004)
- Seconds from Disaster – "Sampoong Department Store Collapse" (2006)[7]
Film
[sunting | sunting sumber]- Judgement (1999)
- Traces of Love (2006)[8][9]
Televisi
[sunting | sunting sumber]- Chocolate (2019)
- Black (2017)
- Move to Heaven (2021)
- Rain or Shine (2017)
- Reply 1994 (2013)
- The Scandal (2013)[10]
- When My Love Blooms (2020)[9]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Bangladesh building collapse death toll passes 700". BBC News (dalam bahasa Inggris). 7 Mei 2013.
- ^ "<삼풍참사 20년> ① 그날 삼풍백화점에선 무슨 일이 있었나" (dalam bahasa Korea). Yonhap. 28 Juni 2015.
- ^ a b c d e f g h i Wearne, P. (2000). Collapse: When Buildings Fall Down. TV Books. ISBN 978-1-57500-144-9.
- ^ "China's weapons of mass construction". The News From Wabu-eup. 2 Juli 2009.
- ^ a b c d e Marshall, Colin (27 Mei 2015). "Learning from Seoul's Sampoong Department Store disaster – a history of cities in 50 buildings, day 44". the Guardian.
- ^ "Learning from Seoul's Sampoong Department Store disaster – a history of cities in 50 buildings, day 44". www.theguardian.com.
- ^ Seconds from Disaster (October 27, 2015). Seconds from Disasters - Sampoong Department Store Collapse. Dailymotion. Diakses tanggal September 14, 2022.
- ^ Dutta, Debashree (September 7, 2022). "These Korean Films Show That Where There is a Wheel, There is a Way". RollingStoneIndia. Diakses tanggal September 14, 2022.
- ^ a b Rahmawati, Septi (June 3, 2021). "7 Drama Korea yang Menceritakan Tragedi Sampoong Department Store" [7 Korean Dramas That Tell the Tragedy of Sampoong Department Store]. Cewekbanget.id. Diakses tanggal September 14, 2022.
- ^ "'스캔들' 첫 방송일은 삼풍백화점 붕괴 18주년 '우연의 일치'" [The first broadcast date of 'The Scandal' was a coincidence of the 18th anniversary of the collapse of Sampoong Department Store. 'Coincidence'.]. TVReport. June 29, 2013. Diakses tanggal September 14, 2022.